Tuesday, August 08, 2006

KOTA MANADO: LINGKUNGAN YANG NYAMAN BAGI PENGHUNINYA ?


Abad ke-21 ini telah dicanangkan sebagai era perkotaan, karena lebih separuh penduduk dunia akan berada di daerah perkotaan. Melihat perkembangan kota-kota di dunia di abad ini menurut Prof. Eko Budihardjo bahwa kondisi kota-kota kecil akan berubah menjadi kota besar, kota-kota besar akan berkembang jadi kota raya (metropolis), kota-kota rayapun akan mekar menjadi kota mega (megapolis), dan jika tidak hati-hati kota ini akan berakhir dengan kedudukan tragis sebagai kota mayat (necropolis). Tak pelak lagi model ini mewabah pada kota-kota di Indonesia, termasuk kota Manado.


Kota Manado yang kian hari kian mengalami perubahan baik pada wajah kota maupun pada kebijakan-kebijakan yang merupakan akses dari suatu perkembangan kota. Tentunya semua itu bertujuan untuk membuat kota Manado menjadi lebih baik, menjadi kota ini lebih ideal. Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kita sebagai masyarakatnya adalah: kota ini lebih ideal dan lebih baik untuk siapa? Apakah untuk masyarakat penghuninya ataukah untuk masyarakat yang hanya menjadi pengunjung kota ini (wisman, wisnu dan investor)? Pembangunan yang begitu pesat sedang terjadi di kota ini, yang lebih cenderung berkembang pada dua jalur yang berbeda yang sama-sama berkembang dan memiliki kecepatan berkembang yang tidak sama. Perubahan wajah kota Manado dari wajah yang “biasa saja “ atau “sederhana� menjadi wajah yang memiliki polesan-polesan yang menakjubkan yang mengikuti perkembangan jaman ini atau yang dikenal dengan istilah “water front city�, “kota di bibir Pasific�, dan lain-lain. Harapan pembuat konsep ini adalah menggoda setiap Wisnu dan Wisman maupun investor untuk berkunjung di kota ini, sehingga disadari atau tidak sudah mengorbankan kenyamanan penghuni kota ini.

Kota Manado kini tidak lagi memiliki lokasi pemandangan dan pantai (di dalam kota) yang gratis bagi pengunjungnya, semuanya mesti bayar, apalagi jika bangunan-bangunan “mall� sudah rampung di bangun. Saat ini sudah bisa kita saksikan bersama apabila melewati lokasi pembangunan “mall� ini di sepanjang pantai Teluk Manado, dimana “main entrance� atau pintu-pintu masuk yang siap dioperasikan dan lengkap dijaga “satpam’ nya jika bangunan-bangunan ini sudah berfungsi. Apa artinya? kita masyarakat Manado tidak bisa lagi menikmati sejuknya air laut dan indahnya pantai dari dekat yang pernah menjadi milik kita. Hanya orang-orang tertentu yang membayar parkir ataupun hanya pemandangan laut hanya bisa dinikmati pada jam-jam tertentu.

Dan bisa dipastikan barisan bangunan di sepanjang pantai Teluk Manado akan menjadi indah apabila di pandang dari laut. Menjadi elemen kota yang menarik minat penonton untuk ikut memainkan modalnya di kota ini.

Tapi, sudahkah kita membayangkan apa yang akan kita alami nanti jika sepanjang jalan Boulevard itu menjadi pusat kegiatan belanja atau menjadi zona komersil? Apalagi ada rencana membuat terminal di areal ini dan lokasi pedagang kaki lima. Kemacetan lalulintas akibat keluar-masuk kendaraan ke pusat perbelanjaan yang berada sepanjang jalan Boulevard yang akan sering mengalami “cross circulation� atau sirkulasi silang antara kendaraan yang satu dengan kendaraan yang lain, apalagi jalan Boulevard merupakan jalan utama (dilihat dari ukuran) kota Manado. Dapat dibayangkan kondisi kemacetan lalulintas yang akan terjadi jika ditambah lagi dengan terminal kota yang akan dibangun di lokasi “reklamasi� ini, jika hal ini tidak diantisipasi.

Padahal dalam disiplin ilmu perencanaan kota yang dikenal kaidah, bahwa kota adalah cerminan peradaban manusia yang merupakan senyawa kontekstual dari lingkungan fisik alam maupun buatan, fungsi pelayanan dan jasa, estetika, dan implikasi politik-sosial-ekonomi-budaya-pertahanan-keamanan dengan tujuan akhir adalah peningkatan kesejahteraan dan kenyamanan warganya. Untuk itu perencanaan kota Manado tidak sekedar terpatok pada aspek fisik dan visual saja yang hanya bersifat “kosmetik� melainkan harus sangat serius mempertimbangkan faktor “kebetahan� penghuninya (masyarakatnya) dan faktor ekologi atau keseimbangan lingkungannya. Kedua faktor ini yang akan menghantarkan kota ini pada kota yang Manusiawi dan kota yang berlanjut.

Kita (masyarakat kota Manado) terdiri dari masyarakat yang normal dan yang tidak normal (cacat). Semua fasilitas kota cenderung hanya diperuntukan bagi masyarakat yang normal, bagi yang cacat yang memakai kursi roda, tidak bisa berjalan sendiri, karena tidak ada jalur untuk mereka. Secara nyata mereka menjadi "the outsider" di kota ini.

Sedangkan fasilitas umum bagi yang bisa jalan sendiripun hampir-hampir tidak ada, misalnya shelter, jembatan penyeberangan, pedestrian yang merangkap tempat berteduh. Bagi masyarakat yang hanya mengandalkan kendaraan umum, setiap saat harus mengalami siksaan terik matahari (yang yang menyengat kulit dan menurunkan stamina kerja. Belum lagi siksaa macet dan asap-asap kendaraan yang tidak laik jalan sehingga mengakibatkan polusi udara yang mengakibatkan meningkatkan "stress". Perbaikan ini sangat penting dilakukan dan harus didahulukan dibandingkan dengan pemolesan wajah kota yang hanya bersifat visualisasi bentuk bangunan-bangunan yang dianggap “entry point�.

Saat ini, kota dengan konsep perencanaan yang sederhana dan naturalpun akan menjadi lebih bernilai efektif jika memberikan pertimbangan yang besar terhadap keberadaan masyarakat kota ini. Sekarang, apakah konsep perencanaan ruang (pola pemanfaatannya dan wujud struktural) kota Manado hanya akan memberikan ketertarikan visual bagi pengunjung (wisnu, wisman dan investor) yang hanya datang dan pergi begitu saja? Ataukah sudah/sedang memperhitungkan nilai “kenyamanan� dan “kebetahan� masyarakat sebagai penghuni tetap kota Manado ini?

Melihat kenyataan ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pembangunan yang sedang terjadi lebih mementingkan masyarakat pengunjung (wisnu, wisman dan investor) kota ini daripada kenyamanan masyarakat penghuni kota ini. Jika tidak segera diantisipasi dengan serius dan sedini mungkin konsep kota seperti ini akan membuat tingkat kenyamanan masyarakat kota Manado menjadi berkurang dan akan memungkinkan masalah-masalah sosial yang tidak terkendali terjadi. Dan jika alam terluka dan menjadi tidak seimbang akibat ulah manusia pasti disuatu waktu alam akan membalas dan mengamuk.



1 comment:

DUNIA PAULO said...

Keren abis! Jarang sekali ditemui tulisan-tulisan mengenai lingkungan hidup. Anda sudah memulainya dengan sangat smooth. Semoga blog ini dapat dijadikan acuan bagi mereka yang masih peduli pada lingkungan dan tentu saja kemanusiaan.