Oleh: Freddy Rompas *)
Indonesia masih merupakan destinasi pariwisata yang penting di dunia, karena Indonesia dianggap baik oleh dunia, di mana harga akomodasi dan wisata sangat bersaing dengan negara-negara tetangganya.
Dari daerah tujuan wisata atau destinasi pariwisata yang ada, Indonesia masih memiliki banyak pantai dan titik menyelam serta tempat wisata adrenalin. Sehingga, melalui poling WAYN, saat ini Indonesia dipilih oleh 9000 traveler sebagai situs jejaring sosial travel terbesar di dunia. Situs ini menampilkan destinasi-destinasi wisata di seluruh dunia dan menjadi tempat berkumpulnya traveler-traveler dari berbagai negara. Dan baru saja Indonesia masuk dalam penerima penghargaan terbaik dan mengesankan dari 11.000 stan pameran dalam Bursa Pariwisata Internasional atau Internationale Tourismus Bourse (ITB) 2014 di Berlin. Pameran ini diikuti oleh 11.000 peserta yang terdiri atas 188 negara dan dikunjungi oleh lebih dari 170.000 pengunjung (110.000 trade visitors dimana 43% dari luar Jerman dan 60.000 consumers).
Saatnya kepariwisataan Indonesia dijadikan “leading sector”, ungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Mari Elka Pangestu saat membuka seminar Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) bertajuk ‘Geo Politik Pariwisata Indonesia 2014 dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015′, pada Kamis (27/2/2014) di Hotel Merlyn Park, Jakarta. Pernyataan ini, diperkuat fakta bahwa posisi industri pariwisata menempati urutan keempat sebagai penghasil devisa terbesar di Indonesia setelah sektor pertambangan dan pertanian/perkebunan. Fakta ini membuktikan bahwa Indonesia sangat memiliki pasar yang potensial dalam pengembangan industri pariwisata.
Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri atas serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, bentuk organisasi yang mengelola dan metode atau cara pemasarannya.
Indonesia memiliki 16 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan hingga saat ini negara kita memiliki lebih dari 100 “hidden paradise”, lokasi yang belum banyak tersentuh karena aksesibilitasnya terbatas, serta belum terkelola baik. Ada yang masih dikelola secara konvensional dan ada pula yang sudah dikelola secara moderen dengan menggunakan konsep-konsep pengelolaan tertentu. Model pengelolaan destinasi pariwisata inilah yang membuat kualitas berbeda berbeda satu dengan yang lain. Dalam mengelola suatu destinasi pariwisata tidak melibatkan para pelaku ekonomi (pihak swasta) saja, tetapi juga melibatkan pemerintah dan masyarakat setempat.
Sudah saatnya, pemerintah dan pihak swasta mengelola destinasi Pariwisata di Indonesia secara intensif. Dan menurut pengamatan saya, analogi pengelolaan “supermarket” dapat digunakan dalam mewujudkan kerjasama pihak swasta dan pemerintah dalam mengembangkan industri pariwisata di Indonesia. “Supermarket” atau “toko serba ada” adalah toko yang menjual apa saja yang kita butuhkan sehari-hari. Terdapat 4 elemen penting dalam pengelolaan suatu supermarket, yaitu: (1) lokasi dan bangunan; (2) produk yang akan dijual; (3) staf penjualnya dan (4) pemasaran (marketing). Dalam pengelolaan supermarket, juga melibatkan pemilik gedung (owner) dan para distributor (produsen) berbagai barang yang dititipjualkan.
Lokasi dan Bangunan
Lokasi sangat menentukan dari segi aksesibilitas sedangkan bangunan sangat menentukan visualitasnya. Jika lokasi mudah dicapai, serta bangunannya menarik, maka supermarket akan menarik perhatian banyak orang yang lewat. Demikian pula dengan suatu destinasi wisata, dapat disamakan dengan bangunan dan lokasi. Potensi wisata yang ada harus memiliki daya tarik, dan mudah di akses. Jika bangunan supermarket yang indah berlokasi di area yang susah dijangkau, maka akan sulit mendapatkan pengunjung.
Demikian pula dengan pariwisata, kita memiliki destinasi yang luar biasa indah, tapi untuk mencapainya sangat sulit, maka pengunjung yang akan datang pun sangat terbatas. Siapa yang semestinya menyediakan destinasi wisata ini? Tentu saja pemerintah yang sangat paham terhadap potensi wilayahnya, yang sekaligus sebagai penguasa wilayah di mana lokasi destinasi itu berada.
Elemen Produk
Produk, adalah apa yang dijual didalam supermarket. Produk-produk tersebut haruslah yang menarik dan betul-betul dibutuhkan. Produk-produk yang dijual di supermarket, biasanya menggunakan sistem konsinyasi (titip jual), di mana produk-produk tersebut dititip jualkan oleh berbagai produsen.
Demikian pula dengan industri pariwisata, produk industri wisata adalah: hotel, restoran, dan atraksi wisata. Produk-produk ini sangat dibutuhkan dan tentunya harus dikemas sedemikan rupa, agar menarik untuk dijual. Seperti halnya bangunan supermarketnya sudah berada di lokasi yang mudah di capai serta memiliki bangunan yang megah dan menarik, jika produk-produk yang ditawarkan, tidak menarik, maka supermarket tersebut juga tidak akan berhasil. Semakin berkualitasnya dan beragamnya produk yang dititipjualkan oleh para produsen, maka supermarket tersebut akan terus dicari oleh konsumennya. Demikian pula industri pariwisata, semakin bermutu dan menarik hotel-hotel, restoran-restoran serta atraksi-atraksi wisata yang ditampilkan, maka destinasi wisata ini akan terus diminati bahkan diburu oleh para wisatawan. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang bertanggungjawab terhadap ketersediaan elemen produk ini? Tentunya para produsen atau pihak swasta yang menitipjualkan produk-produk wisata pada suatu wilayah destinasi wisata. Mereka harus mampu membuat produknya menarik dan bermutu.
Staf Penjual
Staff Penjualan, adalah para penjaga toko di dalam supermarket. Tugas mereka adalah, membuat setiap pengunjung yang sudah masuk ke dalam supermarket, melalui hasil promosi bagian marketing, untuk berbelanja. Jangan sampai, tamu- tamu yang sudah masuk, keluar tanpa berbelanja. Apa yang harus dilakukan supaya tamu mau berbelanja? Tentunya, berikan pelayanan yang baik.
Demikian pula dengan industri pariwisata, apa yang mesti dilakukan agar para wisatawan betah dan mau berlama-lama tinggal di destinasi wisata tersebut? Tentunya, harus tersedia kamar hotel yang sesuai dengan keinginan wisatawan, tour guide yang bagus, transportasi yang layak, perusahaan-perusahaan jasa wisata yang mumpuni. Pihak swasta sangat berperan penting untuk menyediakan elemen ini.
Pemasaran (marketing)
Marketing, adalah suatu proses untuk mendekatkan produk dengan pembeli. Untuk membuat supermarket atau toko serba ada ini menjadi terkenal, diperlukan strategi promosi yang menarik, sehingga menarik banyak pelanggan untuk datang dan berbelanja. Meskipun, lokasi supermarket tersebut sudah sangat strategis, gedungnya pun menarik, namun tetap saja memiliki pesaing (kompetitor) yang memiliki kelebihan yang sama dengan supremarket yang kita miliki. Oleh karena itu, kegiatan promosi yang kontinyu dan nonstop harus dilakukan pada setiap elemen mulai dari pembangunan gedung, penyediaan barang-barang yang akan dijual hingga para staf yang akan menjual. Jika demikian, maka supermarket yang kita miliki akan selalu ada dalam ingatan orang (pelanggan dan calon pelanggan). Demikian pula halnya dalam mengembangkan industri wisata yang dimiliki suatu negara, provinsi, kabupaten dan kota,. Kegiatan marketing sungguh sangat penting dilaksanakan dari awal industri ini akan dikembangkan. Pertanyaannya, siapa yang akan melakukan kegiatan promosi ini? Tentunya pemerintah yang memiliki wilayah kekuasaan di mana destinasi wisata itu berada.
Jika semua pihak yang berada pada masing-masing elemen ini melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik dan profesional, maka pengembangan destinasi wisata yang diibaratkan sebagai “supermarket” pasti sukses.
*) Penulis adalah praktisi pariwisata di Pacto LTD